RIFQY ABSONI
"Kisah-kisah ringan dari pengalaman sehari-hari, dibalut dengan hiburan yang bikin senyum dan kadang merenung."
“Laras Ayu Dewi: Dari Anak yang Diremehkan, Kini Bersinar di Layar Televisi”
Di sebuah kampung kecil yang tak tercantum di peta, hiduplah seorang gadis bernama Laras Ayu Dewi. Sejak kecil, Laras sudah akrab dengan kata "tidak mampu". Rumahnya kecil, beratapkan seng, dan ayahnya hanya seorang tukang becak yang tiap hari pulang dengan peluh di wajah dan penghasilan yang pas-pasan.
Tapi jangan salah, Laras punya suara emas. Suara yang bisa bikin daun berhenti bergoyang dan ayam tetangga mendadak diam waktu dia nyanyi. Sayangnya, suaranya yang indah itu sering kali tertutup oleh cibiran tetangga.
“Anak tukang becak mana bisa sukses!”
“Mending bantu orang tuamu jualan ketoprak daripada sok ikut audisi!”
“Mimpinya ketinggian, nanti jatuh sendiri!”
Yang paling menyakitkan, saat salah satu tetangganya menertawakan ayah Laras di depan umum.
“Pak Slamet, mending suruh anaknya ikut lomba lari daripada lomba nyanyi. Lari dari kenyataan!” katanya sambil tertawa keras di warung kopi.
Ayah Laras hanya tersenyum, menunduk, dan menjawab pelan,
“Biarkan dia bermimpi, Pak. Siapa tahu itu yang akan mengubah nasib kami.”
Laras tidak menyerah. Ia ikut audisi demi audisi. Tapi berkali-kali ia kalah. Bukan karena suaranya jelek, tapi karena dunia kadang tak adil. Beberapa juri disuap, beberapa peserta “dibantu” menang karena kenalan.
Namun tekad Laras tak bisa dibeli.
Sampai akhirnya, datang kesempatan besar: audisi lomba menyanyi nasional di Jakarta. Laras berangkat hanya dengan tas kecil dan doa panjang dari orang tuanya.
Babak demi babak ia lewati. Laras membius juri dengan suaranya, memikat penonton dengan ketulusan wajahnya, dan perlahan... Indonesia mulai mengenalnya.
Hingga akhirnya, malam final pun tiba.
Gaun sederhana, rambut dikepang, dan suara penuh harapan. Laras menyanyikan lagu tentang ibu dan ayah, dan tak satu pun mata yang kering malam itu. Saat namanya diumumkan sebagai juara, air matanya tumpah bersama tangis bahagia kedua orang tuanya yang menonton dari barisan depan.
Laras menang. Bukan hanya lomba, tapi juga harga dirinya.
Kini, Laras Ayu Dewi tak lagi diremehkan. Rumahnya yang dulu sederhana, kini penuh tawa. Tetangga yang dulu mencibir, kini ikut nonton tiap kali Laras tampil di televisi. Ia dapat banyak job, diundang di acara talkshow, dan bahkan dijadikan duta kampanye pendidikan.
Dan ayahnya?
Masih naik becak. Tapi kini, bukan untuk mencari penumpang, tapi untuk mengantar undangan acara Laras ke rumah-rumah tetangga.
“Enjelita: Diva Panggung yang Bikin Mic Trauma”
Siapa yang butuh konser mahal kalau ada Enjelita, penyanyi serba bisa, bisa fals,
bisa lupa lirik, bisa juga bikin penonton ketawa sampai nyari oksigen. Kenalin,
Enjelita. Nama panggungnya kayak gabungan antara "Angel" dan "Jelita". Tapi
jangan salah, suara dia lebih mirip gabungan antara klakson angkot dan ayam baru
belajar berkokok. Ceritanya bermula saat dia ikut lomba nyanyi antar kampung.
Hadiahnya lumayan: setrika, mie instan satu kardus, dan voucher potong rambut 10
ribu. Si Enjelita langsung daftar tanpa ragu, katanya, “Ini panggilan jiwa!”
Hari lomba pun tiba. Enjelita tampil pakai gaun glitter warna ungu (yang
kayaknya dipinjam dari tante-tante kondangan). Lipstik menor, bulu mata cetar,
dan sepatu hak tinggi yang bunyinya tok tok tok kayak bunyi kereta api mini.
Lagu pilihannya? “Pamer Bojo.” Tapi sejak intro pertama, semua orang langsung
sadar… ini bukan pamer bojo, ini pamer sember kalo kata anak gaulnya mah humble bragging. Dia masuk lirik dengan penuh
semangat: “Wes tau ngerasakke loro atiiiii…” Nada? Hilang. Irama? Ketinggalan.
Suara? Tersesat di jalan kenangan. Satu-satunya yang konsisten cuma
ekspresinya—penuh penghayatan, kayak lagi nonton sinetron episode 999. Penonton
udah mulai gelisah. Ada yang ngakak, ada yang bingung, ada yang buka Google buat
cek, “Apakah kuping bisa trauma?” Tiba-tiba, mic-nya ngadat. Bukan karena rusak.
Tapi kayaknya dia ngambek. Ini mic udah biasa nangkep suara emas, sekarang
disuruh nerima suara Enjelita? Berat, bang. Tapi Enjelita nggak gentar. Dia
malah teriak pakai suara asli: “Woooo... sayang eeeee... ra ono liyaaaaaneeee!”
Teriakannya bikin ayam tetangga kabur, dan satu lampu panggung kedip-kedip,
mungkin mau menyerah. Waktu selesai nyanyi, panggung hening. Lalu… semua orang
tepuk tangan. Bukan karena bagus. Tapi karena akhirnya selesai. Bahkan juri
bilang, “Kalau nyanyi adalah seni… kamu barusan menciptakan genre baru.” Dan
tahu nggak? Enjelita tetap optimis. Katanya, “Yang penting tampil. Soal suara
mah, bonus.” Itulah Enjelita. Diva kampung yang suaranya mungkin belum sampai
Jakarta, tapi tawa penontonnya udah sampai ke hati.
Mau dijadikan seri cerita?
Bisa banget! Tinggal tambahin episode selanjutnya: “Enjelita Jadi Juri Dangdut”,
atau “Enjelita Bikin Band, Tapi Anggotanya Kabur.” Mau lanjut? 😄
Kisah Lucu Saat Manggung di Kampung — Gagal Gaya, Tapi Tetap Ngakak! 😂🎤
Hai, teman-teman!
Kali ini aku mau cerita pengalaman manggung yang nggak akan pernah aku lupakan. Bukan karena suksesnya, tapi karena... ya ampun, kocak banget! 😂
Jadi ceritanya, waktu itu aku diundang buat nyanyi di acara hajatan di kampung sebelah. Semangat dong, karena yang undang katanya udah lama ngefans sama suara aku (cieee...). Aku udah siapin penampilan terbaik, baju kece, lagu andalan, dan senyum manis ala penyanyi profesional~ 🎶
Tapi eh… baru lagu pertama, kejadian lucu pun dimulai.
Pas aku lagi semangat nyanyi lagu "Jaran Goyang", tiba-tiba mic-nya mati total. Aku kira sound system-nya yang error. Ternyata, kabel mic-nya kejepit kaki soundman yang lagi lewat dan ketarik sampai copot! 😆
Oke, itu belum seberapa. Lanjut ke lagu kedua, aku goyang dikit-dikit biar suasana makin seru. Eh, nggak sengaja, aku nginjek ujung karpet panggung yang ujungnya kebuka. Alhasil… aku hampir jatuh ke bawah panggung! Untung refleksnya bagus, jadi cuma gagal gaya aja, tapi tetep nyanyi kayak nggak ada apa-apa. (Dalam hati sih malu banget ðŸ¤)
Yang bikin makin ngakak, penonton malah nyorakin,
"Wuihh gaya baru nih penyanyinya!"
"Goyangnya ada jurus selipnya!"
Duh, malu tapi bahagia 🤣
Tapi justru dari situ, suasana jadi makin hidup. Penonton ketawa bareng, ikut nyanyi, dan malah minta lagu tambahan. Jadi meskipun sempat “zonk”, manggung hari itu tetap jadi salah satu pengalaman yang paling seru dan berkesan buatku.
Kesimpulannya?
Kadang, momen lucu dan nggak terduga justru bikin kita makin dekat sama penonton. Nggak semua harus sempurna kok, yang penting tulus dan niat menghibur! 💃🎤
Kalau kamu pernah punya pengalaman lucu waktu tampil atau di acara apa gitu, share di kolom komentar yaa! Biar kita ketawa bareng 🤗
Sampai ketemu di cerita-cerita lainnya!
Salam dangdut penuh tawa,
Rifqy Absoni 🎶✨
Manggung dengan Celana Robek: Malu Sih, Tapi Lucunya Nggak Ketahan!
Halo, sahabat blogku semua!
Kali ini aku mau cerita tentang pengalaman manggung paling memalukan, tapi juga paling lucu yang pernah aku alami selama jadi penyanyi dangdut kampung. Siap-siap ngakak, ya!
Jadi ceritanya, waktu itu aku dapet job manggung di acara hajatan warga. Semangat dong! Lagu-lagu udah siap, suara lagi oke, dan aku pakai celana bahan item favorit yang udah sering nemenin aku tampil. Nah, pas lagu ketiga aku masih ingat banget, waktu itu aku bawain lagu "Juragan Empang" aku lagi semangat goyang tipis kanan-kiri, penonton pada asyik joget juga. Eh tiba-tiba... "BREEETTT!!" 😳
Aku ngerasa ada yang aneh di bagian belakang celana. Rasanya agak dingin-dingin sepoi, dan pas aku coba ngintip dikit dari samping, ASTAGA! CELANA ROBEK! Dan bukan robek kecil ya, tapi robek panjaaang dari atas sampai bawah! 😂👖
Untungnya, aku pakai baju yang cukup panjang nutupin bagian atasnya, tapi ya tetap aja... itu celana udah kayak jendela yang dibuka separuh! 😅
Lucunya, ada ibu-ibu di depan panggung yang nyorakin,
"Mas penyanyinya nambah ventilasi yaa biar adem?"
Satu panggung langsung pecah ketawa. Aku cuma bisa nyengir sambil tetap nyanyi, walau dalam hati rasanya pengen nyungsep ke balik gendang 😆
Tapi, justru karena kejadian itu, suasana jadi makin cair dan penonton makin semangat. Bahkan ada yang bilang,
"Kalau tiap nyanyi celana robek gitu, besok manggung lagi ya mas!"
Haduh, bener-bener dagelan hidup deh 🤣.
Moral cerita?
Jadi penyanyi dangdut kampung itu harus siap mental dan siap celana cadangan juga! Wkwkwk. Kadang momen paling memalukan justru jadi yang paling berkesan. Dan selama niat kita menghibur, apapun yang terjadi pasti bisa jadi tawa bersama. 😄
Kalau kamu pernah punya pengalaman memalukan tapi lucu juga, share di kolom komentar yaa!
Sampai ketemu di kisah berikutnya~
Salam goyang sambil ngelus celana,
Rifqy Absoni 🎤👖✨
Langganan:
Komentar (Atom)

